Bisama Betara Kawitan

Written by pasekpundukdawa on Rabu, 25 April 2012 at 4/25/2012 12:22:00 AM

Om Awignam Astu :

Kamung Pasek Muang Bendesa, haywa lupa ring kahyangan, makadi ring Lempuyang, ring Besakih, ring Silayukti, mwang ring Gelgel Dasar Buana.
Yan Kita lupa ring Kahyanganta, wastu kita tan anut ring apasanakan, tan wus amangguh rundah, tan mari acengilan ring apasanakan, sugih gawe kurang pangan.
Mangkana piteketku ring pratisentana, kapratiste prasanti, sinuhunde kita prasama. Kita tan wenang piwal ring piteketku, ila-ila dahat, haywa lupa.
Mwah yan kita pageh ring piteketku, moga tan wus kita amanggihang dirgayusa, amanggih wiryaguna manta, sidi ngucap, jana nuraga, asihing hyang dibyaguna, susila wruhing naya, mangkana cinandyeng lepihan.

Terjemahan:

Semoga tidak terhalang !
Kamu Pasek dan Bendesa, jangan lupa akan kahyangan sesembahanmu, seperti yang berada di Gunung Lempuyang, di Besakih, di Silayukti (Padang Bai) beserta di Gelgel Dasar Buana. Bila kamu sampai lupa akan kahyangan sesembahanmu, semoga kamu tidak rukun bersaudara, tidk henti-hentinya tertimpa kesulitan, tak putus-putusnya bertikai sesame saudara, banyak memiliki keterampilan kerja, namun kurang penghasilan.
Demikian pesanku, kepada kamu sekalian keturunanku (generasiku), yang sudah dicantumkan pada prasasti, yang kamu anut bersama. Kamu tidak boleh menentang sabdaku, amat berbahaya, jangan sekali-kali kamu lupakan.
Apabila kamu menerima dan taat akan sabdaku, semoga kamu panjang umur, menikmati martabat yang mulia, memiliki keterampilan yang berarti, setiap yang diucapkan akan menjadi kenyataan, dihormati di dunia ini, dikasihi para Dewata, karena kamu orang bijaksana, memilikiketerampilan utama, bertingkah laku yang sopan, lihai didalam hal pemecahan masalah.

Sanggah Kamulan

Written by pasekpundukdawa on at 4/25/2012 12:03:00 AM

Sanggah kamulan berasal dari gabungan kata sanggah dan kamulan. Sanggah sama dengan sanggar yang artinya tempat pemujaan. Kamulan , kata dasarnya ' mula ' yang artinya sumber atau asal. Jadi Sanggah Kamulan dapat diartikan sebagai Tempat Pemujaan kepada asal kita sebagai manusia.

Lontar Siwagama:
" ...bhagawan Manohari, Sivapaksa sira, kinwa kinon de Sri Gondarapati, umaryanang sadhayangan, manista madya motama, mamarirta swadharmaning wong kabeh. Lyan swadadyaning wang saduluking wang kawan dasa kinon magawe pangtikrama. Mwang setengah bhaga rwang puluhing saduluk, sanggarpratiwi wangunen ika, mwang kamuln panunggalanya sowang..."
artinya :
" Bhagawan Manohari pengikut Siwa, beliau disuruh oleh Sri Gondarapati, untuk membangun sad kahyangan kecil, sedang maupun besar. Yang merupakan beban kewajiban orang semua. Lain kewajiban sekelompok orang untuk empat puluh keluarga harus membangun panti. Adapun setengah bagian itu yakni duapuluh keluarga, harus membangun ibu, dan Kamulan satu-satunya tempat pemujaan yang harus dibangun pada masing-masing pekarangan...."

Kamulan dimaksudkan untuk selalu ingat kepada sumber atau asal manusia. Manusia dalam bahasa Sanskrit berasal dari kata ' jatma' yaitu ' ja + atma '. Ja berarti lahir, sedangkan atma artinya roh. Jatma atau manusia adalah roh yang lahir. Maka dapat disimpulkan bahwa manusia hidup karena adanya roh yang lahir. Jadi yang menjadi sumber asal manusia adalah roh itu sendiri.

Lontar Usana Dewa:
"Ring kamulan ngaran Ida Sang Hyang Atma, ring kaulan tengen bapa ngarang sang Paratma, ring kamulan kiwa ibu ngaran sang Siwatma, ring kaulan tengah ngaran raganya, tu Brahma dadi meme bapa, meraga Sang Hyang Tuduh..."
artinya:
"Pada sanggah kamulan beliau  bergelar Sang Hyang Atma, pada ruang kamulan kanan ayah, namanya Sang Hyang Paratma. Pada kamulan kiri ibu, disebut Sivatma. Pada kamulan ruang tengah diri-Nya, itu Brahma, menjadi purusa pradana berwujud Sang Hyang Tuduh ( Tuhan Yang Menakdirkan )..."

Lontar Gong Wesi:
"...ngaran ira Sang atma ring kamulan tengen bapanta, nga, Sang Paratma, ring kamulan kiwa ibunta, nga, Sang Sivatma, ring kamulan madya raganta, atma dad meme bapa ragane mantuk ring dalem dadi Sang Hyang Tunggal, nunggalang raga...."
artinya:
"... nama beliau Sang Atma, pada ruang kamulan kanan bapakmu, yaitu Sang Paratma, pada ruang kamulan kiri ibumu, yaitu Sang Sivatma, pada ruang kamulan tengah adalah menyatu menjadi Sang Hyang Tunggal, menyatukan wujud...."

Lontar Purwa Bumi Kamulan:
" Riwus mangkana daksina pangadegan Sang Dewa Pitara, tinuntun akena maring Sanggah Kamulan, yan lanang unggahakena ring tengen, yan wadon unggahakena maring kiwa, irika mapisan lawan dewa hyangnya nguni.."
artinya:
" Setelah demikian daksina perwujudan roh suci dituntun pada Sang Hyang Kamulan, kalau bekas roh itu laki naikkan pada ruang kanan, kalau roh tiu bekas perempuan dinaikkan disebelah kiri, disana menyatu dengan leluhurnya terdahulu"

Dalam Siwa Tatwa, sanggah kamulan dapat diwujudkan sebagai perwujudan Tri Murti, yaitu Brahma sebagai atma ( ANG ), wisnu sebagai antaratma ( UNG ) dan iswara sebagai Paramatma ( MANG ). Ketganya adalah roh alam semesta sebagai perwujudan dari Hyang Widhi. Perwujudan itu dari aspek horisontal, sedangkan dari sudut pandang vertikal Hyang Widhi diwujudkan dalam Tri Purusa yaitu Siwa, Sadasiwa dan Paramasiwa. 

Dari uraian lontar-lontar itu dapat diambil kesimpulan utama adalah, fungsi sanggah kamulan adalah untuk memuja Ida Sang Hyang Widhi Wasa sebagai asal muasal manusia , dan sebagai tempat pemujaan roh leluhur agar mencapai penyatuan dengan sumbernya yaitu Hyang Widhi ( moksa ).
 

Ringkasan Babad Pasek Kawitan Pasek Gegel

Written by pasekpundukdawa on Senin, 23 April 2012 at 4/23/2012 01:55:00 AM


Ketika Sira Brahmana beryoga, adalah Ratu Bali yang bernama Ki Mpu Witadharma yang memerintah di Kuntuliku. Beliau mempunyai puta bernama Ki Mpu Wiradharma. Kemudian Mpu Wiradharma menurunkan Ki Mpu Lampita, Ki Mpu Ajnyana, dan Ki Mpu Pastika.

Ki Mpu Lampita menurunkan Ki Mpu Kuturan dan Mpu Pradah. Ki Mpu Ajnyana menurunkan Ki Mpu Panabda.  Ki Mpu Panabda diajak tinggal di Padang dan pindah dari Jawa, tetapi Mpu Pradah tidak ikut.

Kemudian Ki Mpu Panabda kemenakan dengan Mpu Kuturan dan Mpu Panabda menurunkan Ki Mpu Jiwaksara. Mpu Jiwaksara menurunkan Ki Mpu Ketek yang nantinya melahirkan Arya Tatar. Arya Tatar menurunkan Ki Patih Ulung, Putra Ki Patih Ulung yang bernama Ki Semar ini kawin dengan Ni Wredani dan melahirkan Ki Langon, Ki Langon inilah menurunkan Ki Pasek Gelgel, Ki Pasek Denpasar dan Ki Pangeran Tangkas. Keturunannya ini yang nantinya memerintah di Bali lebih-lebih pada jayanya Majapahit.

Pada saat Ki Mpu Bradah ini memerintah, diangkatnya Sengguhu di Kuntuliku. Mpu Bradah ini sangat gaib dan selalu beranjangsana ke Jawa dan ke Bali sehingga diperingati dengan adanya Sugian Jawa dan Sugihan Bali. Mantra, japa, jampi dari Hyang Iswara. Jampi-jampi Hyang Wisnu untuk diucapkan demi keselamatan dunia. Dalam hal ini dilengkapi dengan sarana pecaruan sajian.

Tersebutlah Bhatara Brahma berputra Bhatara Gni Jaya yang berstana di Besakih yang nantinya menurunkan 5 orang putra yang bernama Sira Wang Bang Sidhimantra.
Sang Mpu Witadharma dan Sira Sang Kul Putih yang memerintah di Madura, Mpu Witadharma datang ke Gelgel bersama Hyang Gnijaya yang berstana di Gunung Lempuyang.
Suatu ketika datang putra beliau dari Majapahit bersama para Resi tiba lah di Padang. Putranya itu bernama Sang Kul Putih. Perjalanan beliau ini adalah ke Gelgel, bertemu dengan Sang Mpu Witadharma dan pergi ke Besakih bertemu dengan Mpu Pradah. Setelah itu Hyang Gnijaya moksa dan Sang Kul Putih bersama keluarganya tetap tinggal di Besakih.
Semua prati-santana dari Bhatara Gnijaya yang selalu bakti dan hormat ke Gunung Lempuyang dan mendirikan mereka Parhyangan.
Setelah lama beliau berada di Besakih, datanglah turunlah Bhatara yang terkenal amat sakti yaitu putra dari Bhatara Pasupati dari Gunung Mahameru. Putra itu bernama Bhatara Mahadewa adik dari Bhatari Danu Permaisuri Bhatara di Gunung Batur. Kemudian diceriterakan Sang Kul Putih moksa di Besakih menuju Sunialoka. Begitu pula Ki Pasek kembali pindah menuju Gelgel, dan Ki Pasek Prateka pindah dari Lempuyang. Sebelum Ida meninggalkan dunia, beliau dapat memberikan ajaran kepada putra Ki Pasek Gelgel, Ki Pasek Denpasar, Ki Pangeran Tangkas, Ki Pasek Tohjiwa, Ki Pasek Nongan, Ki Pasek Prateka agar melaksanakan upacara dan selalu hormat kepada Ida Bhatara. Juga mengenai ajaran pelaksanaan upacara yajnya seperti kacuntakan dan pelaksanaan pitra yajnya.
Diceriterakan Ki Kabayan di Pura Besakih yang bernama Toh Jaya yang memangku Ida I Dewa Ratu Kidul. Dan Ki Pasek Selat yang bernama I Sedahan menjaga hasil bumi yang dipergunakan untuk melaksanakan upacara di Besakih dan kedua beliau ini membuat peraturan- peraturan dengan istilah Raja Purana.
Kemudian disebutkan kedatangan Raja Majapahit di bawah Gajah Mada ke Bali untuk membekuk raja Bali yang bernama Dalem Beda-Danaya yang terkenal sakti dan angkara murka. Kedatangan Gajah Mada bersama Patih Mega Prawa Tatar ke Bali atas petunjuk dari Bhatara Mahadewa untuk menghancurkan angkara murka. Pemerintahan di Bali selalu menerapkan tata pemerintahan di Majapahit baik parhyangan, tata wilayah dan tata pergaulan manusianya.
Setelah penertiban pemerintahan Dalem, diadakan pembagian kekuasaan (Mandesain) kepada keturunan (keluarga Ki Pasek) sebab Ki Pasek Gelgel sangat hormat kepada Dalem. Seperti misalnya Ki Pasek menguasai Batur, Songan dan sebagainya. Ki Bandesa di Datah, Tista, Juntal, Tulamben, di Kubu, dan di Baturinggit. Sedangkan untuk tugas keamanan di Dalem, diangkat lah Ki Pangeran Tangkas.
Diceriterakan batas- batas daerah Ki Pasek Ngis yaitu di kulon perbatasan dengan Gunung Umbalan, di sebelah wetan berbatasan dengan belokan sungai, di sebelah Kidul. Juga pemeliharaan babi, pertanian diatur dengan seksama. Bila mana I Pasek mendirikan bangunan, patut lah I Pasek Ngis mengerjakan kayunya.
Nama/ Judul Babad :
Babad Pasek Kawitan Pasek Gelgel
Nomor/ kode :
Va.4750; Gedong Kirtya Singaraja.
Koleksi :
Geria Badung
Bahasa :
Jawa Kuna Tengahan bercampur Bali,
Huruf :
Bali
Jumlah halaman :
13 lembar,
Ditulis oleh :
Sagung Putri. Sumber:http://www.babadbali.com/

Sangkepan Persiapan Pengabenan Dadia

Written by pasekpundukdawa on Minggu, 22 April 2012 at 4/22/2012 09:09:00 PM

Pada hari Minggu, 1 April 2012, diadakan sangkepan di Pura Dadia Pasek Punduk Dawa, di Banjar Punduk Dawa, Desa Pesinggahan, Kecamatan Dawan, Kabupaten Klungkung, dengan agenda utama rencana pengabenan yang akan dilaksanakan oleh Krama Dadia Pasek Punduk Dawa. Sangkepan dimulai pukul 10.00 Wita.
Sangkepan dihadiri oleh Krama Dadia Punduk Dawa baik yang tinggal di Banjar Punduk Dawa maupun yang berdomisili di Denpasar dan sekitarnya. Tercatat sekitar 25o rang menghadiri sangkepan ini terutama krama dadia yang mempunyai sawa (keluarga meninggal) yang belum diaben.
 

Tampak dalam foto:
Foto 1: Dari kiri ke kanan: I Wayan Suwendra (Sekretaris Pengurus Dadia); tengah  Gede Arya Suwabawa (Kelian Dadia), dan paling kanan I Nyoman Swastika (Bendahara Dadia).







Foto 2.Kelian Dadia dan Bendahara
Foto 3. Pengurus Dadia dan Krama Dadia yang mengikuti sangkepan.

Tentang Kami

Site ini kami tayangkan sebagai sarana komunikasi antarwarga Dadia Pasek Gelgel di Desa Punduk Dawa, Kecamatan Dawan, Kabupaten Klungkung, dan juga untuk pihak-pihak yang terkait dengan organisasi Dadia Pasek Gelgel di Desa Punduk Dawa.